Kerokan Dalam Sudut Pandang Pengobatan dan Kebudayaan


Indonesia adalah negara yang memiliki ciri/identitas khas yang sangat beragam akibat dari gugusan pulau yang membentang dari Sabang sampai Marauke. Identitas negara ini dapat berupa budaya fisik yang dapat dinikmati sampai saat sekarang atau juga pada kebiasaan yang masih dilestarikan. Kemudian Indonesia masih memelihara kebiasaan yang  mencerminkan kearifan masyarakat lokal untuk mengatasi masalah kesehatannya.

Ribuan tahun yang lalu, dunia mengenal cara pengobatan menggunakan sentuhan, tekanan dan tusukan di permukaan tubuh yang dapat memberi kesembuhan berbagai macam penyakit seperti akupuntur dari Tiongkok dan bekam dari daerah Arab. Tidak hanya didaerah itu saja, tiap suku bangsa di Indonesia memiliki keunikan-keunikan tersendiri dalam mengobati suatu penyakit dengan cara tradisional.
Mahalnya biaya untuk sehat di Indonesia mendorong masyarakat mencari pengobatan alternatif/tradisional (Swamedikasi Obat). Diantara berbagai macam cara pengobatan yang berbeda-beda tersebut, ada satu macam cara yang di setiap suku bangsa manapun di Indonesia mempercayai metode penyembuhan ini. Bangsa Indonesia khususnya di Jawa mengenal suatu cara pengobatan yang disebut kerokan. Dalam budaya Jawa, kerokan biasanya dilakukan untuk pengobatan gejala masuk angin. Pengobatan ini diyakini masyarakat Indonesia efektif untuk mengobati masuk angin seperti menggambarkan berbagai fenomena yang berhubungan dengan tidak enak badan seperti perut kembung, pegal linu, batuk, pilek, dan nyeri kepala sehingga pengobatan tradisional makin banyak diminat karena menyukai pengobatan rakyat yang murah meriah ini.
Kerokan yang telah dikenal sebagai obat tolak angin khas tradisional merupakan suatu jenis pengobatan alternatif yang dikenal sejak ratusan tahun lalu di negara-negara Asia. Masyarakat Vietnam menyebut pengobatan ini dengan Cao Gio, Kamboja dikenal sebagai Goh Kyol (Rubbing The Wind), dan China biasa dijuluki dengan Gua Sua ( menggunakan media batu jade sebagai pengerok). Walaupun memiliki perbedaan nama ditiap negara tapi pada dasarnya kerokan adalah menggosokan koin ke tubuh, sesuai dengan titik-titik akupuntur, dalam upaya untuk meningkatkan temperatur dan energi pada daerah yang dikerok.
Anatomi (bagian) tubuh yang dikerok biasanya adalah punggung, leher belakang, dada, lengan dan kadang tungkai atas. Pada bagian punggung dilakukan di sisi kanan dan kiri tulang belakang dari atas ke bawah, kemudian menyamping dari tengah ke tepi, di bagian leher belakang dilakukan dari atas ke bawah dan di daerah dada dilakukan dari tengah ke tepi. Kerokan tidak menyebabkan rasa sakit jika dilakukan dengan benar, warna merah yang terjadi dapat dipakai sebagai pengukur berat ringannya masuk angin, makin merah warnanya makin berat derajat sakitnya.
Pengobatan ini memberi hasil yang sangat mengagumkan karena bekerja melalui bermacam-macam sistem antara lain kulit, otot, pembuluh darah, saraf, limfa, sistem imun dan meridian. Penelitian yang dilakukan Didik Tamtomo (2005) menjelaskan bahwa kadar IL-1B, C1q, dan B-endorfin cenderung meningkat setelah kerokan. Hal ini memiliki menimbulkan rasa nyeri otot berkurang, rasa aman, segar dan eforia. Sedang kadar C3 dan PGE2 setelah kerokan cenderung menurun yang menyebabkan nyeri otot berkurang.
Pemahaman budaya Jawa mendeskripsikan masuk angin sebagai kondisi tubuh dalam ketidaknyaman. Penyebabnya adalah terlalu banyak unsur angin masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh menjadi dingin. Sebagai contoh larangan pada orang untuk keluar rumah dan begadang pada malam hari yang dikhawatirkan oleh orang tua akan membuat masuk angin. Logika berfikir yang muncul pada pemahaman itu adalah kondisi malam yang dingin sehingga tubuh tidak dapat beradaptasi dengan kondisi itu. Dalam ilmu antropologi kesehatan, penyakit ini lebih disebabkan pada tipe penyebab naturalistik karena adanya ketidakseimbangan unsur di dalam tubuh. Dalam kasus ini adalah jumlah angin yang masuk lebih banyak dibanding jumlah angin yang keluar. Aspek sosial yang timbul dari kerokan ini adalah timbulnya rasa kepercayaan, akrab, romantisme, saling percaya, tolong menolong, dan menjaga tradisi yang ada secara terus menerus. Ditambah lagi aspek ekonomi dari kerokan yang murah, mudah, dan manjur membuat masyarakat di Indonesia juga suka menggunakan pengobatan tradisional ini.
Kerokan dalam taraf normal akan membuat penderita masuk angin menjadi merasa nyaman karena melepas hormon beta endorphine. Secara ilmiah praktek sederhana ini terbukti mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma dingin yang menjadi gejala nyeri otot (mialgia). Prinsip kerokan adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok. Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan cara ini, saraf penerima rangsang di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh sehingga arus darah di tubuh yang lancar akan menyebabkan pertahanan tubuh juga meningkat. Pengobatan tradisional asli Indonesia mengalami kelemahan dari sisi dukungan yang cukup dari semua pihak diantaranya sering kali pengobatan tradisional kita ini dibenturkan/dihadap-hadapkan dengan sistem pengobatan klinis sehingga pengobatan tradisional akan sulit berkembang dan maju.

Daftar Pustaka
1. Asep Candra. Kerokan Mengilmiahkan Kearifan Lokal. Diakses dari http://health.kompas.com/read/2012/04/10/14503027/Kerokan.Mengilmiahkan.Kearifan.Lokal.  Pada hari Jumat tanggal 10 Mei 2012 jam 13:15
2. Didik Tamtomo. Gambaran Histopatologi Kulit pada Pengobatan Tradisional Kerokan.  Laboratorium  Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. 2008
3. Didik Tamtomo. Aktivasi Komplemen pada Jejas Mekanis Pengobatan Tradisional Kerokan.  Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo, Indonesia. 2008.
4. Hulewicz BS. Coin-rubbing injuries. Am J Forensic Med Pathol. 1994; 15:257-60
5. Jodhi Yudono, Kerokan mampu kembalikan keseimbangan. Diakses dari  http://health.kompas.com/read/2010/10/29/01485460/.Kerokan.Mampu.Kembalikan.Keseimbangan. Pada hari Jumat tgl 10 Mei 2012 jam 13:00.
6. Kemp C. Asian Cultures. Diakses dari http://www3.baylor.edu/~CharlesKemp.2000.  Pada hari Jumat 10 Mei 2012 jam 13:19
7. Notoadmojo, Soekidjo. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2005. Rineka Cipta

8. Shipe SS. Traditional Chinese Healing, Acupunture and Oriental Medicine. Diakses dari http://www.doctorsspeakersbureau.com/locate.htm.2004.    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIAS

Validitas Eksternal

Pengantar Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Keselamatan Kerja