BIAS
Bias adalah kesalahan sistematik yang mengakibatkan kesalahan menarik kesimpulan parameter/variabel populasi berdasarkan pemilihan sampel atau hasil pengukuran pada sampel. Kesalahan dapat berupa kesalahan dalam memprediksi ukuran frekuensi penyakit atau hubungan sebab-akibat penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Sebagai contoh terdapat studi kasus kontrol yang menunjukkan bahwa orang yang tidak menggunakan kelambu berinsektisida akan berisiko sebesar 5 kali untuk terinfeksi malaria dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan kelambu berinsektisida. Jika terjadi kesalahan pada penentuan kelompok kasus dan kontrol atau pada pengukuran instrumen, akan memberikan hasil perhitungan yang berbeda akibat adanya bias.
Pada dasarnya, bias dibagi menjadi dua kelompok/kategori besar
yaitu bias seleksi dan bias informasi. Bias seleksi adalah kesalahan
sistematik dalam pemilihan subyek/sampel, dimana pemilihan subyek/sampel
menurut status paparan dipengaruhi oleh status penyakit (studi kohort
retrospektif) atau pemilihan subyek menurut status penyakit dipengaruhi oleh
status paparan (studi kasus kontrol) sehingga mengakibatkan kesalahan
penaksiran pengaruh paparan terhadap penyakit. Bias seleksi sering
terjadi pada studi kohort retrospektif, karena penyakit telah terjadi dan
diketahui peneliti tatkala ia memilih subyek terpapar dan subyek tidak
terpapar. Demikian juga bias seleksi mudah terjadi pada studi kasus kontrol,
sebab status paparan telah terjadi dan dapat diketahui pada saat peneliti
memilih subyek sebagai kasus dan kontrol. Kesimpulannya adalah bias seleksi
terjadi karena adanya kesalahan pemilihan sampel yang sudah terpapar atau
terdampak terlebih dahulu sehingga mempengaruhi hasil penaksiran. Bias seleksi
dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti :
a. Bias
deteksi
Bias deteksi (unmasking bias) adalah bias yang disebabkan
perbedaan dalam memilih kasus dan non-kasus, sedemikian rupa sehingga peneliti
cenderung lebih memilih mendeteksi kasus terpapar dan non-kasus tak terpapar.
Sederhananya adalah pada penelitian faktor risiko lingkungan terhadap malaria
dengan desain case control dimana case group adalah
penderita malaria maka kecenderungan peneliti untuk memilih control
group adalah orang yang tidak terdiagnosa malaria dengan tidak
mempertimbangkan faktor lingkungan. Dalam hal ini pemilihan control
group juga mempertimbangkan faktor lingkungan yang sama dengan case
group seperti control group adalah orang yang tinggal
berdekatan dengan case sehingga pemilihan case group dan control
group sama-sama kelompok terpapar dan tidak terpapar. Bias ini
menyebabkan penaksiran pengaruh paparan terhadap penyakit yang lebih besar dari
pada yang sesungguhnya (overestimasi). Matching bisa dijadikan
alternatif cara untuk mengatasi bias ini karena diharapkan memiliki tingkat
paparan yang cenderung relatif sama tetapi matching yang
terlalu ketat akan mempersulit dalam pemilihan sampel.
b. Bias
admisi Berkson
Bias berkson (paradoks berkson, admisi berkson) adalah bias yang
disebabkan adanya perbedaan peluang seseorang ke rumah sakit karena
pertimbangan tertentu yang berakibat mempengaruhi paparan/faktor risiko
penyakit. Perbedaan probabilitas masuk rumah sakit antara satu penyakit dengan
penyakit lainya disebabkan banyak hal, misalnya : perbedaan beratnya gejala
penyakit, akses pelayanan medik, insiden penyakit, aksesibilitas rumah sakit
sehingga mempengaruhi banyaknya jumlah kasus. Sebagai contoh kelompok ekonomi
menengah ke atas akan cenderung datang ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan penyakit diabetes mellitus tetapi pada kelompok ekonomi menengah
kebawah akan memanfaatkan fasilitas kesehatan pemerintah seperti puskesmas.
Sehingga jika ingin mengetahui hubungan status ekonomi dengan diabetes mellitus
di rumah sakit swasta, akan cenderung mengalami kendala dalam variasi sampel
karena sudah cenderung homogen tingkat ekonominya. Akibat bias berkson yang
hanya terjadi pada desain kasus kontrol itu dapat memperbesar atau memperkecil
pengaruh paparan terhadap penyakit yang sesungguhnya. Salah satu cara mengatasi
bias ini adalah dengan membuat perbandingan jumlah kelompok kasus dan kontrol.
c. Bias
prevalensi-insidensi Neyman
Penggunaan data prevalensi dan insidensi yang tidak pada tempatnya
dapat mengakibatkan bias yang disebut bias prevalensi-insidensi Neyman. Jika
peneliti hendak meneliti pengaruh paparan terhadap kejadian (baru) penyakit,
maka seharusnya data yang dipakai adalah insidensi. Penyakit tersebut akan
berjalan terus sampai ke fase terminal dimana manifestasinya adalah kesembuhan,
penyakit makin berat, cacat dan kematian.
d. Bias
pekerja sehat
Bias pekerja sehat (healthy worker bias) adalah bias yang terjadi
akibat dari penggunaan para pekerja sehat sebagai kelompok kasus atau kelompok
terpapar di satu pihak dan penggunaan populasi umum sebagai kelompok kontrol
atau kelompok tak terpapar dipihak lain. Biasanya bias ini terjadi pada desain
cross sectional dengan kelompok pembanding.
e. Bias
non-responden
Bias seleksi tidak selalu berasal dari pihak peneliti. Subyek
penelitian juga dapat mengakibatkan bias non-responden tatkala ia menolak berpartisipasi
dalam penelitian. Bias non-responden adalah bias yang disebabkan penolakan
responden untuk berpartisipasi sehingga mempengaruhi tingkat partisipasi kasus
dan kontrol atau terpapar dan tak terpapar. Apabila penurunan tingkat
partisipasi tersebut merata, maka akan mengurangi ukuran sampel dan kuasa
statistik, sehingga penaksiran akan cenderung untuk tidak menemukan pengaruh
paparan terhadap penyakit. Apabila penurunan tingkat partisipasi berbeda bagi
kasus dan kontrol serta bagi terpapar dan tak terpapar, maka pengaruh bias
dapat dapat memperbesar atau memperkecil hubungan paparan dan penyakit yang
sebenarnya.
Bias informasi adalah kesalahan dalam mengamati, memilih
instrumen, mengukur, membuat klasifikasi, mencatat informasi dan membuat
interpretasi tentang paparan maupun penyakit. Point penting pada bias kali ini
terletak dari informasi yang dihasilkan oleh instrumen penelitian atau dari
kemampuan peneliti dalam mengolah data menjadi infomasi sehingga dapat
mempengaruhi penaksiran/estimasi pengaruh paparan terhadap penyakit. Bias
informasi disebut juga bias pengukuran (measurement bias), bias
pengamatan (observation bias) dan bias misklasifikasi (misclassification
bias).
a. Bias
mengingat kembali (recall bias)
Bias mengingat kembali (recall bias) adalah bias yang
terjadi karena perbedaan akurasi antara kasus dan kontrol dalam mengingat dan
melaporkan paparan (studi kasus kontrol) atau perbedaan akurasi antara kelompok
terpapar dan tak terpapar dalam melaporkan peristiwa penyakit yang dialami
(studi kohort restrospektif).
b. Bias
follow-up (loss to follow-up bias)
Bias follow-up (loss to follow-up bias) terjadi pada studi
kohort karena hilangnya anggota kohort selama jangka waktu follow-up. Pada
studi kohort, setiap subyek diidentifikasi menurut status paparan, kemudian
diikuti terus dalam jangka waktu tertentu untuk dicatat apakah mengalami
penyakit yang diteliti atau tidak. Jika selama follow-up ada individu hilang
atau berhenti dan berhentinya berkaitan dengan status paparan atau penyakit
maka peneliti itu mengalami bias follow-up.
c. Efek
Hawthorne
Suatu perubahan perilaku subyek penelitian yang disesuaikan dengan
keinginan peneliti yang kehadiranya diketahui oleh subyek penellitian. Bias ini
sering ditemukan pada uji klinik dirumah sakit.
Sendai, 7
Mei 2017
Komentar
Posting Komentar